RSS Feed
TOP

Wizard of Oz : Chapter Sydney

Jalan-Jalan Murah ke Sydney

Sydney saat ini termasuk ke dalam 10 kota di dunia dengan biaya hidup termahal. Tingginya angka kesejahteraan hidup dan tingkat kenyamanan kotanya membuat Sydneysiders (sebutan untuk penduduk lokal) dan wisatawan mancanegara maklum akan hal tersebut.

Di bulan Maret 2016, saya menyempatkan diri untuk mengunjungi kota terbesar di Australia, sekaligus ibukota negara bagian New South Wales ini. Proses mulai dari perencanaan, pembuatan paspor, pengajuan visa, hingga pulang pergi Jakarta-Sydney semua saya lakukan sendiri. Ya, saya memutuskan untuk solo backpacking di pengalaman pertama saya pergi ke luar negeri.

Hal pertama dan utama yang saya persiapkan sebelum keberangkatan ke luar negeri adalah paspor. Saya mengurus paspor (hijau) di Kantor Imigrasi Jakarta Pusat, setelah sebelumnya mengajukan aplikasi via online. Proses pengerjaan memakan waktu 5 hari kerja dengan biaya Rp 360.000.

Paspor sudah di tangan. Langkah selanjutnya, saya mencari informasi tentang proses pengajuan visa Australia melalui internet. Menurut beberapa sumber, pihak Kedubes Australia tergolong ketat dalam hal memberikan visa liburan bagi WNI. Hal ini mungkin disebabkan banyaknya imigran gelap bersliweran di Australia.

Bermodalkan niat dan berkas yang diperlukan, saya mengajukan permohonan visa ke VHS Global, pihak yang ditunjuk oleh Kedubes Australia untuk pemrosesan visa WNI. Total biaya pengurusan visa sebesar Rp 1.670.000, dengan konsekuensi uang tidak dapat kembali apabila aplikasi ditolak. Menurut pihak VHS, waktu proses visa kunjungan normalnya adalah 14 hari kerja. Oh ya, dalam aplikasi, Kedubes Australia tidak mewajibkan aplikan untuk sudah memesan tiket pesawat dan hotel. Namun, untuk lebih meyakinkan mereka, lampirkan saja semua dokumen yang terkait dengan perjalanan kita.

Selang 4 hari kerja, saya mendapatkan email masuk dari Kedubes Australia yang menyatakan bahwa visa saya telah disetujui. Dengan perasaan gembira bercampur heran (karena durasi pengajuan dan persetujuan visa oleh Kedubes lebih cepat dari perkiraan), saya langsung mencari tiket penerbangan dan penginapan selama di Sydney nanti.

Setelah melakukan analisa perbandingan antara website maskapai satu dengan lainnya, tarif termurah pp DPS-SYD adalah Rp 3.800.000 hingga termahal Rp 20.000.000 untuk kelas ekonomi keberangkatan 24 dan 31 Maret. Tips untuk tiket termurah, pesan lah jauh-jauh hari dan berangkatlah di musim-musim non libur.

Hotel, Hostel, atau Couchsurfing?

Urusan tiket pp Jakarta-Bali-Sydney selesai, selanjutnya adalah mengurus penginapan. Sebagai kota wisata, Sydney tentu memiliki beragam pilihan tempat bermalam bagi turis, mulai dari hotel 5-star, hostel backpacker, hingga penginapan gratis yang disediakan oleh situs couchsurfing.com. Saya sendiri memilih opsi yang paling murah, nyaman, dan tentunya aman yaitu hostel untuk backpacker. Harga yang ditawarkan bervariasi, mulai dari Rp 500.000/malam hingga Rp 200.000/malam.

Setelah administrasi untuk terbang ke Sydney selesai, langkah selanjutnya adalah memesan tiket online atraksi-atraksi berbayar di Sydney. Harga tiket online ini jauh lebih murah ketimbang saat kita membelinya secara walk in di tiap-tiap atraksi. Untuk menjelajahi paket 6 atraksi, termasuk di dalamnya Skywalk di Sydney Tower Eye, saya membayar sejumlah 99 AUD. Coba saja bandingkan harga tiket apabila anda membelinya secara walk in.

Departure Time

Tiba waktunya keberangkatan ke Sydney. Semua perlengkapan dan berkas-berkas penting sudah saya letakkan di tas. Australia Dollar pun sudah saya persiapkan 4 hari sebelumnya. Jangan lupa untuk selalu mengarsipkan paspor, KTP, dan dokumen penting lainnya kala bepergian ke luar negeri untuk mengantisipasi resiko kehilangan paspor.

Perjalanan dari Denpasar ke Sydney memakan waktu kurang lebih enam jam perjalanan. Terdapat perbedaan waktu empat jam antara kedua kota tersebut. Suasana di Bandara Kingsford Smith Sydney sangat bersih, rapi, dan teratur. Tak ada satupun supir taksi/travel yang menawarkan jasanya kepada penumpang di terminal kedatangan. Sebelum beranjak ke pusat kota, saya mencari convenience store di area bandara untuk membeli Opal Card. Opal card ini adalah kartu ajaib untuk menumpang kendaraan publik (bis, kereta dan feri) selama di New South Wales. Opsi termurah dari bandara menuju pusat kota adalah menumpang bis 400, transit di Mascot Station, lalu menumpang kereta ke arah kota, dan turun di Town Hall Station. Saya dapat berhemat 12 AUD dengan cara ini, ketimbang naik kereta langsung melalui airport link station atau taksi.

Sydney menawarkan berbagai macam kuliner internasional, mulai dari masakan western hingga nasi rames a la Indonesia. Untuk yang beragam Islam, sangat disarankan untuk memilih restoran yang memiliki lisensi halal. Range harga masakan khas asia di resto-resto pinggir jalan adalah 8-15 AUD, sedangkan masakan western sekitar 10-35 AUD. Harga ini cukup sebanding dengan porsi yang kita dapatkan. Saya sendiri memiliki restoran nasi rames langganan selama di Sydney, lokasinya berada di basement Market City daerah Chinatown.

Untuk mengakali mahalnya harga air mineral yang bisa 2-8 kali lipat harga air di Indonesia, turis WNI atau bahkan penduduk setempat meminum air langsung dari keran. Bagi yang belum terbiasa, cukup bawa botol minum, beli air ukuran 1,5 L di grociery store atau refill botol minum dengan menggunakan air restoran sesaat setelah selesai makan.

Sydney's attractions

Saya rasa semua orang yang pernah mengunjungi Sydney selalu menempatkan Opera House dan Harbour Bridge ke dalam destinasi wisatanya. Tips untuk backpacker anti mainstream, jangan hanya mengambil foto dengan latar dua modern landmark tersebut, tapi cobalah untuk menjelajahinya lebih dalam. Menyebrangi Harbour Bridge dari NSW selatan menuju NSW utara adalah opsi menarik yang belum sempat saya coba.

Tips solo traveller : Fotoin dulu orang lain, baru kalian minta tolong mereka fotoin

Spot foto terbaik di landmark khas Sydney : Mrs. Mcquarrie's chair 


Di pinggir timur Sydney, terdapat Bondi beach, pantai yang menjadi surganya para peselancar NSW. Perjalanan dari pusat kota menuju pantai ini memakan waktu sekitar 40 menit menggunakan bis. Jangan heran apabila kalian melihat sekelompok orang menenteng papan selancar di dalam bis menuju Bondi.

Wisata menarik lainnya adalah Sydney Tower Eye. Gedung ini merupakan gedung tertinggi kedua di benua Australia, setelah gedung Q1 di Gold Coast. Saya pun tak ketinggalan merasakan pengalaman Skywalking di sana. Selama satu jam, saya beserta pengunjung lain diajak untuk mengelilingi puncak Sydney Tower dan melihat keindahan kota Sydney dari atas. Tiket masuk atraksi ini sudah terdapat di dalam paket wisata yang telah saya beli online, bersamaan dengan madamme tussaud, Sydney Wildlife Zoo, dan Sydney Aquarium.

Transportass unik di Sydney

Kurang afdol rasanya jika tidak berfoto bersama penduduk asli Aussie


Untuk para budget traveller yang hendak mencari oleh-oleh, Paddy's Market bagaikan oase di tengah mahalnya harga cinderamata di Sydney. Meski merupakan pasar tradisional, Paddy's market sangat jauh dari kesan kumuh dan berantakan. Cinderamata umum seperti gantungan kunci, pin, coaster, hingga yang unik, pembuka tutup botol yang terbuat dari Scrotum kangguru dapat ditemui di pasar yang berlokasi di daerah Haymarket ini. Saran bagi para backpacker, jangan terburu-buru membeli oleh-oleh di tempat wisata, karena harganya bisa 2-3 x lipat dari harga di Paddy's market. Harap diingat, pasar ini buka hanya pada hari rabu sampai minggu, pukul 09.00-17.00. Sisakan satu hari khusus jika ingin berbelanja oleh-oleh di tempat ini.

TOP

ANTARA PASSION, ORANG TUA, DAN MASA DEPAN


Z : “Aku mau jadi pilot!”
Y : “Kalau aku mau jadi artis terkenal.”
A : “Aku jadi apa ya... hmmm, guru aja deh.”
B : “aku mau jualan aja ah kaya papa ku.”

Kurang lebih, seperti itu lah jawaban yang kita berikan ketika orang tua, sahabat, atau guru Sekolah Dasar kita menanyakan, “apa cita-cita kamu kalau sudah besar nanti?”. Jawaban yang terkesan spontan, dan hanya berlandaskan kekaguman kita akan sosok yang menjadi role model kita semasa kecil, kesukaan kita terhadap profesi tersebut, atau yang lebih parah, hanya sekadar “ikut-ikutan teman”.
Masa kecil adalah masa dimana imajinasi kita sebagai manusia masih sangat lah liar. Masa dimana kita masih bebas menentukan pilihan, mau menjadi apa kelak di masa depan. Semua orang berhak memiliki cita-cita menjadi seorang artis, PNS, arsitek, dokter, atau bahkan presiden. Akan tetapi, tidak semua orang pada akhirnya DAPAT dan MAU mengejar mimpi dan cita-cita masa kecilnya tersebut.
Orang tua. Ya, orang tua adalah bentuk kepanjangan tangan dari Allah SWT, dalam hal “menyutradarai” kehidupan kita sejak kecil, hingga beranjak dewasa. Tantowi Yahya, presenter senior Indonesia, pernah berujar di papan nama Perpustakaan Nasional Indonesia...

Ibu adalah perpustakaan pertama ku.
Kalimat tersebut menggambarkan, betapa peran orang tua itu sangat penting dalam hal membentuk kepribadian dan masa depan anak-anaknya kelak. 
Kelompok Karakter Orang Tua
          Menurut opini penulis secara pribadi, sifat/karakter orang tua dalam mengarahkan anak-anaknya untuk menggapai mimpi dan cita-cita di masa depan itu dapat terbagi ke dalam 3 kelompok. Hal ini terlepas dari keinginan semua orang tua di dunia yang ingin anak-anaknya kelak menjadi seseorang yang mapan dan sukses dunia akherat. Pasti, dong ! Tidak ada satupun Orang tua yang mau anak-anaknya terjerumus ke golongan orang-orang yang gagal.
Penulis akan memulai dari kelompok yang menurut penulis paling ideal, yaitu kelompok pertama. Kelompok pertama adalah kelompok orang tua yang dapat menjadi pihak pendukung atau penggerak minat anak. Orang tua yang termasuk ke dalam kelompok yang pertama ini adalah, mereka-mereka yang sangat mendukung apa yang diimpikan dan dicita-citakan oleh anak-anaknya, atau yang mendrive anak-anaknya untuk mengejar cita-cita yang sesuai dengan minat dan bakatnya. Contoh kasus : 1) si anak suka dengan taekwondo, maka orang tua memasukkan anaknya ke klub taekwondo. 2) si anak masih bingung akan cita-citanya di masa depan, akan tetapi ia memiliki kelebihan dapat bermain gitar dengan lancar. Orang tua lalu memasukkan anaknya ke sekolah musik, agar kelak ia dapat bekerja sesuai dengan bidang yang ia sukai/minati.
Kelompok kedua adalah kelompok orang tua yang dapat menjadi pihak penentang atau penghambat. Orang tua yang tergolong ke dalam kelompok ini adalah, mereka-mereka yang menghalangi si anak untuk menggapai mimpi dan cita-cita yang sesuai dengan minat dan bakatnya. Mereka menyadari si anak memiliki passion apa dan ingin menjadi apa kelak di masa depan, akan tetapi mereka “menolak” untuk membiarkan si anak menjadi seperti apa yang mereka inginkan dengan berbagai macam alasan klise, “mau makan apa kamu nanti kalau jadi blablabla”, ”kerja gitu mana ada duitnya?”, ”kalau kamu kerja/kuliah disitu, negatif semua pergaulan anak-anaknya.”, dll.
Tipe orang tua seperti ini termasuk ke dalam golongan orang tua yang otoriter sekaligus realistis. Mereka berpikir anak-anaknya harus lah menjadi seseorang yang mapan (sukses dalam hal materi), agar dapat menghidupi diri dan keluarganya kelak. Mereka tentu tidak mau anak-anaknya terjerumus ke dalam “lembah hitam” atau gagal dalam mendapatkan kehidupan yang layak dan bahagia di masa depan. Contoh kasus : si anak passionate di bidang fotografi, tapi orang tuanya tidak setuju dengan minatnya tersebut. Oleh karena itu, mereka tidak memberikan anaknya sarana berupa kamera dan segala aksesorisnya.
Kelompok terakhir atau kelompok ketiga, adalah kelompok orang tua yang menyerahkan segala keputusan terkait masa depan anaknya kepada si anak itu sendiri. Orang tua yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah mereka-mereka yang letaknya berada diantara pihak pendukung atau penghambat mimpi si anak. Mereka tidak pernah menghalangi anak-anaknya untuk menyelami minat dan bakat yang sesuai dengan mimpi dan cita-citanya, akan tetapi mereka juga tidak pernah mendrive anak-anaknya untuk menjadi apa kelak di masa depan. Kelompok ini lah yang menurut anggapan penulis merupakan kelompok yang “berbahaya”.
Mengapa berbahaya?
Penulis mencoba mengutip pernyataan komedian, Komeng, saat sedang menjadi pembicara di program Indonesia Lawak Club, “semua manusia itu terlahir dengan skill/bakat 0%, lalu seiring berjalannya waktu, mereka mempelajari sesuatu yang kelak akan meningkatkan skill/bakat mereka, dari 0-100%”. Dari pernyataan diatas, dapat kita tarik kesimpulan bahwasannya di dunia ini tidak ada seorang pun yang dilahirkan dengan kemampuan yang spesial. Semuanya sama dan seragam. Yang membedakan adalah, apa pelajaran yang orang tua berikan, atau apa yang kita pelajari sepanjang kita hidup di masa kanak-kanak hingga dewasa.
Para pembimbing, dalam hal ini para orang tua, harus lah menjadi pihak yang mengawasi sekaligus mengarahkan minat dan bakat anak-anak, agar kelak ia tidak bingung terhadap mimpi dan cita-cita apa yang ingin mereka capai dewasa nanti. Mereka tidak boleh membiarkan si anak berkembang semaunya sendiri. Anak-anak belum banyak menguasai pengetahuan akan kerasnya kehidupan di masa depan. Pengalaman dan pengetahuan orang tua lah yang kelak dapat “menyelamatkan” si anak dari kegalauan akan masa depannya.
Untuk para pembaca yang sudah atau belum menyandang status “papa/mama”, jangan pernah abaikan skill yang tak kalah penting disamping tentunya skill ilmu pengetahuan/formal (hardskill), yaitu skill informal (softskill). Pelajaran itu bukan hanya soal Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam, dan Ilmu Sosial, tapi juga pelajaran-pelajaran yang bersifat informal, macam olahraga, kesenian dan berorganisasi. Sejak kecil, orang tua haruslah membekali anak-anaknya softskill yang mumpuni untuk menunjang hardskill yang telah mereka dapatkan selama duduk di bangku sekolah.
Tidak semua orang, pada akhinya, dapat menggapai mimpi dan cita-cita yang sesuai dengan minat dan bakatnya. Akan tetapi, jauh lebih baik apabila kita, para/calon orang tua, telah “menyiapkan” buah hati kita sebuah pekerjaan/profesi di masa depan, dengan cara menuntun, membimbing, dan mengawasi passion mereka sejak dini. Akhir kata, semua tetaplah kembali kepada takdir Yang Maha Kuasa. Manusia hanya bisa berencana, tapi Allah lah yang menentukan segalanya.


Oleh : Panji Pradana Putra
(Abang Kabupaten Bekasi 2014)

TOP

Abang Kabupaten Bekasi 2014

Alhamdulillah, setelah perjuangan panjang selama kurang lebih 4 bulan, akhirnya saya terpilih sebagai Abang Kabupaten Bekasi 2014. Semoga gelar ini dapat memacu saya ke depannya untuk menjadi lebih baik lagi dari sekarang, dan juga saya harus amanah dalam menjalankan tugas sebagai duta pariwisata Kabupaten Bekasi 2014.

"Without pain, without sacrifice, we would have nothing."- Chuck Palahniuk


TOP

Matikan TV-nya..!!


Akibat terlalu banyak menonton sinetron. Be aware, guys!
Berbicara mengenai sinetron, tentunya tidak terlepas dari dua hal berikut: televisi dan episode. Sinetron (Sinema Elektronik), baik di Indonesia ataupun di negara-negara lainnya, marak diperdagangkan melalui media televisi. Meskipun saat ini dunia sinetron mulai merambah media online (web series), sinetron lewat media televisi tetaplah menjadi tontonan primadona bagi masyarakat golongan atas-bawah di seluruh dunia.
Penelitian dari AC Nielsen (Lembaga Survey Rating Televisi di AS) mengatakan, rata-rata warga Amerika menghabiskan 34 jam waktu hidupnya dalam satu minggu untuk menonton siaran program di televisi. Itu berarti, hampir tiap orang di Amerika menghidupkan mesin layar kacanya selama 5 jam perhari untuk memenuhi kebutuhannya  akan informasi dan hiburan. Hal ini membuktikan, bisnis program televisi, khususnya sinetron, sangat menjanjikan dalam segi keuntungan/profit. Pemasukan dari iklan dan sponsor adalah sumber utama kehidupan hampir di seluruh stasiun televisi swasta, yang mana hal ini dapat mereka terima jika program acara/sinetron yang mereka tayangkan di stasiun televisinya itu laku keras dan ditonton oleh banyak orang.
Sinetron dengan episode, bagaikan kereta dengan gerbongnya. Kereta tidak akan menjadi kereta kalau hanya terdiri dari satu gerbong. Sinetron/Serial pun tidak akan menjadi sinetron/serial kalau hanya terdiri dari satu episode. Rata-rata durasi per episode di setiap serial tv/sinetron adalah 30-90 menit. Sangat jarang kita temui serial tv/sinetron yang berdurasi lebih dari jumlah tersebut.
Format serial di Amerika rata-rata menggunakan format season/musim. Satu season umumnya terdiri dari beberapa episode yang jumlahnya pun tidak sebanyak sinetron-sinetron di negara kita. Cerita di dalam satu season itu pun masih berpusat kepada satu inti cerita yang sama.
Lain di Amerika, lain pula di Indonesia. Kita masih sulit menemukan sinetron di Indonesia yang menggunakan sistem season/musim. Sinetron Indonesia masih setia mengadopsi sistem Never Ending Stories. Episode yang panjang dan tak berujung mengakibatkan jalannya cerita pun menjadi ngalor-ngidul tak tentu arah. Hal ini marak kita jumpai di sinetron-sinetron yang memiliki nilai rating tinggi. Semakin tinggi rating, otomatis semakin banyak iklan/sponsor yang masuk. Produser tentunya tidak mau mengambil resiko untuk memutus hype sinetronnya, karena khawatir apabila menghentikan tayangan sinetron lama lalu memproduksi sinetron baru/season selanjutnya, sinetron tersebut tidak akan laku di pasaran.

Penonton Indonesia vs Penonton Amerika

Setelah puas membandingkan format sinetron Indonesia dengan Amerika, kini saatnya kita beralih ke masalah kriteria penonton di masing-masing negara. Penulis pernah menghadiri sebuah workshop tentang industri kreatif dunia pertelevisian, dengan pembicara Ratih Kurnia, script editor salah satu stasiun televisi swasta Indonesia. Beliau mengatakan kalau terdapat perbedaan yang mencolok antara karakter penonton TV di Indonesia dengan penonton TV di Amerika.
Apa perbedaannya?
Perbedaan yang paling mencolok adalah, penonton Indonesia menonton TV dengan cara “mendengar”, sedangkan penonton Amerika menonton TV dengan cara “melihat”.
Maksud mendengar disini adalah, kecenderungan penonton Indonesia untuk mencerna penuturan cerita sinetron hanya melalui audio-nya saja. Itulah sebabnya, scriptwritter sinetron-sinetron Indonesia marak menggunakan dialog voice over demi kepentingan menyingkat durasi dan meminimalisasi biaya produksi. Rata-rata masyarakat Indonesia pun menonton TV saat mereka sedang menyantap makan, membersihkan isi rumah, berbincang dengan keluarga, atau bahkan saat menyetrika pakaian, yang menyebabkan konsentrasi mereka tidak sepenuhnya tertuju ke layar kaca.
Lain halnya dengan karakter penonton di Amerika. Menurut beliau (Ratih Kurnia-red), masyarakat Amerika cenderung menonton serial TV dengan cara menikmati tayangan visual-nya saja. Istilah kasarnya, mereka masih dapat menikmati tayangan serial TV, meski dengan keadaan TV itu sendiri di-mute. Sangat jarang kita temui para aktor/aktris serial TV Amerika yang berdialog dengan cara bergumam dalam hati (voice over). Semua adegan harus diterjemahkan secara jelas menjadi sebuah tayangan visual yang sesuai dengan ekspektasi penonton. Jadi, misalnya di dalam cerita terdapat adegan seseorang yang sedang terjun bebas dari lantai tujuh, sutradara harus berani menggambarkan adegan tersebut secara nyata (visual), bukan hanya melalu dialog/voice over antar pemain (audio). Tentunya, metode pengadeganan ini membutuhkan biaya produksi yang jumlahnya pun tidaklah sedikit. Untuk itu, dibutuhkan pembahasan yang mendalam antar pelaku serial TV, mulai dari produser, sutradara, hingga penulis skenario, terkait tehnik pengambilan adegan yang cukup rumit tersebut.
Dewasa ini, biaya produksi merupakan salah satu faktor utama yang menentukan kualitas suatu sinetron/serial TV. Suatu sinetron/serial TV dapat menjadi suatu tontonan yang menarik apabila produsernya berani menggelontorkan dana lebih. Cerita yang baik nan mendidik, Pemain dan sutradara berkelas, tehnik visual effect (apabila diperlukan), gear film yang lebih lengkap, dan promosi yang gencar, adalah rumus jitu yang dipakai produser untuk membuat sinetron/serial TV yang baik. Sekali lagi saya tekankan, sinetron yang BAIK. Bukan, sinetron yang LAKU. Di lain pihak, tidak sedikit pula sinetron yang diproduksi asal-asalan dan terkesan “yang penting jadi”, malahan laku di pasaran. Hal inilah yang menyebabkan mindset, Ah, mending buat tayangan murah dan standar, tapi laku, daripada mahal dan keren, tapi gak laku.” bagaikan sebuah “lingkaran setan” di dalam industri sinetron Indonesia.
Industri sinetron kita memang belum atau bahkan tidak akan bisa membuat sinetron/serial TV sekelas Mission Impossible, CSI Miami, Transporter the Series, Game of Thrones, dll. Semuanya kembali ke masalah karakter penonton kita yang memang berbeda dengan karakter penonton Amerika, dan budget produksi sinetron Indonesia yang jauh lebih rendah daripada budget produksi serial TV Amerika. Kita tidak bisa memaksakan kehendak kita agar produser sinetron Indonesia mau untuk memproduksi sinetron-sinetron yang mendidik dan berkelas. Yang kita tahu hanyalah menerima, kemudian menontonnya. Kalau pun kita tidak suka, ya sudah tinggalkan. Toh, masih ada jutaan orang Indonesia yang masih mau menonton sinetron-sinetron mereka. Jangan malah menonton sinetron tersebut sampai habis hanya untuk mencari bahan ejekan. Itu sama saja dengan "melestarikan" jam tayang sinetron yang menurut hemat kita kurang bermanfaat/mendidik.
Kualitas dan kreatifitas para penggiat sinetron Indonesia menjadi penyeimbang atas segala kekurangan yang terdapat di industri sinetron Indonesia dewasa ini. Dengan budget yang minim, peralatan yang seadanya, dan SDM yang terbatas, mereka cukup berhasil untuk menghadirkan sebuah tontonan yang tidak hanya menghibur, melainkan juga mendidik (untuk beberapa sinetron) masyarakat Indonesia. Pada akhirnya, bagus atau tidaknya suatu sinetron/serial TV itu tergantung dari persepsi penonton masing-masing. Yang bisa kita lakukan hanyalah tetap menonton, atau memindahkan siaran ke channel TV yang lain. Jikalau keduanya tetap tak dapat memberikan kita kepuasan, jalan terakhir dan satu-satunya adalah.......matikan TV-nya!

TOP

Satgas Kuliahi Mahasiswa STAN Soal Korupsi

Satgas Mafia Hukum menilai ada dua hal yang menyebabkan seorang pegawai negeri melakukan tindakan korupsi. Para pelaku korupsi itu dinilai harus diganjar dengan hukuman yang setimpal.

"Yang pertama, korupsi disebabkan karena uang yang diterima tidak cukup bagi pejabat publik tersebut, misalnya untuk menyekolahkan anaknya. Maka cari tambahan. Itu berarti corruption by needs," ujar Satgas Mafia Hukum, Mas Ahmad Santosa di depan ratusan mahasiswa STAN dalam seminar Reformasi Birokrasi dan Nasionalisasi Komunitas Anti Korupsi di kampus STAN, Bintaro, Sabtu, 11 Desember 2010.

Yang kedua, menurut Mas Ahmad Santosa, disebabkan pejabat publik tersebut ingin menumpuk harta kekayaan. "Ini disebut corruption by greeding (keserakahan). Dan mafia hukum masuk dalam jenis korupsi by greed," kata dia.
Biasanya, dalam praktik corruption by greeding, yang dipertaruhkan uangnya cukup besar, dan yang bermain adalah aparat-aparat yang punya pengaruh dan bisa memutuskan status suatu perkara.

Lalu, strategi pelemahan apa untuk memukul mental koruptor? "Ada satu sistem dalam RUU korupsi yang baru mengenai perampasan harta bagi pejabat publik yang memperoleh harta tidak wajar. Pintu masuknya melalui laporan harta kekayaan oleh KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi)," ujarnya.
Menurut dia, bila gaji pegawai yang bersangkutan cuma Rp12 juta, tetapi di rekeningnya terdapat harta Rp15 miliar, dan yang bersangkutan tidak bisa membuktikan, hal itu perlu diselidiki.

Selain itu, dia melanjutkan, bagi para pejabat publik yang diketahui melakukan praktik korupsi, maka perlu diberikan sanksi keras dan setimpal.
"Saya setuju koruptor yang terbukti bersalah diberikan hukuman yang keras dan setimpal. Dan Indonesia perlu menerapkan kebijakan mengkriminalisasi orang yang dikenakan tuduhan suap atau korupsi," ujarnya. Namun, ia setuju jika hukuman bagi koruptor adalah pemiskinan karena itu melanggar hak asasi manusia (HAM).

Khusus menyoroti kasus Gayus Tambunan, Mas Ahmad Santosa membantah bahwa munculnya kasus itu merupakan pengalihan isu pemerintah dari kasus besar seperti PT Bank Century Tbk. "Siapapun jika ditemukan ada praktik melanggar hukum, walau di lingkungan istana sekalipun, akan ditindak," jelasnya.

Menurut dia, Gayus terlibat dalam dua jenis kasus, mafia peradilan dan mafia pajak. Satgas, dia melanjutkan, tidak pernah tebang pilih. "Siapapun pemilik perusahaan itu, apakah orang asing, Indonesia, atau petinggi partai, tidak boleh ada yang didiskriminasi. Karena Satgas Mafia Hukum bekerja secara objektif dan independen," ujarnya. (art)

Sumber : http://nasional.vivanews.com/news/read/193243-satgas-kuliahi-mahasiswa-stan-soal-korupsi

TOP

Postingan Pertama Setelah Resmi Jadi Mahasiswa STAN

Hallo teman-teman blogger, ini postingan pertama gw semenjak gw resmi jadi mahasiswa STAN angkatan 2010/2011. Hehe, udah lebih dari 2 bulan gw ga nge-blog, sorry ya kalo nungguin :p (hahaaa, siapa juga yang nungguin postingan lu ji ).

Gw mau share sedikit foto-foto gw mengenakan seragam STAN , cekidot :






                                                                     Masih ada lagi .....



                                                                   

Gimana ? Oke kaannn ??? :p
Mungkin cuma segitu aja foto-foto yang mau gw share saat make almamater STAN, foto-foto yang lainnya akan segera menyusul..Jangan sampe ketinggalan baca blog gw yeee... :D
See you next time

TOP

Band !!

Gw lagi kangen sama band gw yang ini ....
Ayo kita manggung lagi kawan !! hahaaa